BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lambung
sebagai reservoir makanan berfungsi menerima makanan/minuman,
menggiling,mencampur, dan mengosongkan makanan ke dalam duodenum. Lambung yang
selalu berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman dan obat-obatan akan
mengalami iritasikronik. Lambung sebenarnya terlindungi oleh lapisan mucus,
tetapi oleh karena beberapafactor iritan seperti makanan, minuman, dan
obat-obatan anti inflamasi non-steroid (NSAID),alcohol dan empedu, yang dapat
menimbulkan defek lapisan mukosa dan terjadi difusi balik ion H+, sehingga
timbul gastritis akut/kronik atau ulkus gaster. Dengan ditemukannya kuman H.
pylori pada kelainan saluran cerna, saat ini dianggap H. Pylori merupakan
penyebab utamaulkus gaster, di samping NSAID, alcohol dan sindrom Zollinger
Ellison yang menyebabkanterjadinya peningkatan produksi dari hormone gastrin
sehingga produksi HCl pun turut meningkat.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahu konsep dasar penyakit ulkus peptikum
2. Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan ulkus peptikum
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
konsep dasar penyakit ulkus peptikum ?
2. Bagaimanakah
Asuhan Keperawatan ulkus peptikum ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Ulkus Peptikum
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Gaster
Lambung
(bahasa Inggris: stomach) atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak
di bawah diafragma, berbentuk huruf J. Fungsi lambung secara umum adalah tempat
di manamakanan dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung
dapat dibagimenjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus.
a.
Kardia adalah bagian atas, daerah pintu
masuk makanan dari kerongkongan .
b.
Fundus adalah bagian tengah, bentuknya
membulat.
c.
Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang
berhubungan dengan usus 12 jari duodenum.
Dinding
lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mukosa, submukosa, muscularis,
dan serosa.
a. Mukosa
ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim,
asamlambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk memperbesar
perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung
yangdapat dikeluarkan.
b. Submukosa
ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk
menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa
nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut.
c. Muscularis
adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan ini
dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong.
Kontraksi dari ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak
peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di
dalam lambung diaduk-aduk.
Lapisan
terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung perut. Sel-sel di
lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan yang
terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.
Di lapisan mukosa terdapat 3 jenis sel yang
berfungsi dalam pencernaan, yaitu sel goblet[goblet cell], sel parietal
[parietal cell], dan sel chief [chief cell]. Sel goblet berfungsi untuk
memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar sel agar tidak
rusak karenaenzim pepsin dan asam lambung. Sel parietal berfungsi untuk
memproduksi asam lambung [Hydrochloric acid] yang berguna dalam pengaktifan
enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel
parietal memproduksi 1.5 mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman
dalamlambung mencapai pH 2 yang bersifat sangat asam. Sel chief berfungsi untuk
memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif. Sel chief
memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna protein
yang dimiliki oleh sel tersebutyang dapat menyebabkan kematian pada sel
tersebut.Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar
yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap
makanan secara refleks akanmenimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung
mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan
sebagai pembunuh mikroorganisme danmengaktifkan enzim pepsinogen menjadi
pepsin.Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang
lebih kecil.Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin
merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai
kaseinogenmenjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat
dicerna oleh pepsin.Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat
begitu saja di dalam lambuing danusus tanpa sempat dicerna. Kerja enzim dan
pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur,
disebut chyme(kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur
pengeluaran kim sedikitdemi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang
mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat
asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi
(mengerut) jika tersentu kim. Jadi, misalnya kimyang bersifat asam tiba di
pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena
makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut
dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang
pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam
darilambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya.Jadi, makanan melewati
pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat
tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.Pengaturan
peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormon. Impuls parasimpatikus
yang disampaikan melalui nervus vagus akan meningkatkan motilitas, secara
reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan lambung. Refleks
pengosongan lambung iniakan dihambat oleh isi yang penuh, kadar lemak yang
tinggi dan reaksi asam pada awal duodenum. Keasaman ini disebabkan oleh hormon
saluran cerna terutama sekretin dankholesistokinin-pankreo-zimin, yang dibentuk
dalam mukosa duodenum dan dibawa bersama aliran darah ke lambung.
Dengan demikian proses pengosongan lambung merupakan proses umpan balik humoral. Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getah lambung, yang merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5, yang mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12.
Dengan demikian proses pengosongan lambung merupakan proses umpan balik humoral. Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getah lambung, yang merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5, yang mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12.
2.1.2 Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang
terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus
peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal,
tergantung pada lokasinya. (Bruner and
Suddart, 2001).
Menurut definisi, ulkus peptikum
dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam
lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga
jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa
lambung terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak
meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga
sebagai tukak (misalnya tukak karena stress). Tukak kronik berbeda denga tukak
akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar tukak. Menurut definisi, tukak
peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam
lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroduodenal, juga
jejunum. Walaupun aktivitas pencernaan peptic oleh getah lambung merupakan
factor etiologi yang penting, terdapat bukti bahwa ini hanya merupakan salah
satu factor dari banyak factor yang berperan dalam patogenesis tukak
peptic. Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi
karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh
asam lambung dan getah pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi. Pepsin
adalah suatu enzim yang bekerja samadengan asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh
lapisan lambung untuk mencerna makanan, terutama protein. Ulkus peptikum
terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan
enzim-enzim pencernaan, terutama pada lambung dan usus dua belas jari. Nama
dari ulkus menunjukkan lokasi anatomis atau lingkungan dimana ulkus terbentuk
2.1.3 Etiologi
Sebab-sebab yang pasti
dari ulkus peptikum belum diketahui. Beberapa teori yang menerangkan terjadinya
tukak peptic, antara lain sebagai berikut :
1. Asam
getah lambung terhadap resistensi mukosa.
Tukak peptik kronia tidak mungkin terjadi lama tanpa adanya getah lambung. Sebagai contoh berdasarkan penyelidikan yang mengumpulkan banyak penderita dengan anemia pernisiosa disertai dengan aklorida.
Tukak peptik kronia tidak mungkin terjadi lama tanpa adanya getah lambung. Sebagai contoh berdasarkan penyelidikan yang mengumpulkan banyak penderita dengan anemia pernisiosa disertai dengan aklorida.
2. Golongan
darah.
Penderita dengan darah O lebih
banyak menderita tukak duodeni jika dibandingkan dengan pada tukak lambung.
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui benar. Dan hasil penelitian dilaporkan
bahwa pada penderita dengan golongan darah O kemungkinan terjadinya tukak
duodeni adalah 38% lebih besar dari pada golongan lainnya. Kerusakan di daerah
piepilorus dapat dihubungkan dengan golongan darah A, baik berupa tukak yang
biasa ataupun karsinoma. Sedangkan pada golongan darah O sering ditemukan
kelainan pada korpus lambung.
3. Susunan
saraf pusat
Teori nerogen pada tukak peptik
telah dibicarakan tahun 1959. berdasarkan pengalaman dari Chusing, erosi akut
dan tukak pada edofagus, lambung dan duodenum dapat dihubungkan dengan
kerusakan intrakranial, termasuk neoplasma primer atau sekunder dan hiperensi
maligna. Faktor kejiwaan dapat menyebabkan timbulnya tukak peptik. Misalnya
pada mereka yang psikisnya sangat labil, pada ketegangan jiwa, emosi, mempunyai
ambisi besar dan lain-lainnya yang menyebabkan untuk hidup tidak wajar.
4. Inflamasi
bakterial.
Dari dasar tukak telah dibiakkan
untuk menyelidiki mikroorganisme yang diduga sebagai penyebabnya, tetapi tidak
ditemukan satu macam bakteripun. Selanjutnya pada hasil pemeriksaan didapat
bahwa inflamasi non bakteri atau inflamasi khemis lebih besar dari pada
inflamasi bakterial. Tukak yang spesifik misalnya pada TBC dan sipilis
disebabkan spesifik mikroorganisme.
5. Inflamasi
nonbakterial.
Teori yang mengatakan bahwa
inflamasi nonbakterial sebagai penyebab didasarkan pada inflamasi dari
kurvatura minor, antrum dan bulbus duedeni yang mana dapat disebutkan juga
antaral gastritis, sering ditemukan dengan tukak. Dan sebagai penyebab dari
gastritis sendiri belum jelas. Tukak yang kronis ialah sebagai kelanjutan dari
tukak yang akut. Berdasarkan pemeriksaan histologis ditemukan perubahan yang
nyata dari erosi akut ke tukak yang akut.
6. Infark.
Teori infark yang berdasarkan timbulnya kerusakan semacam kawah, sering ditemukan pada otopsi. Adanya defek pada dinding lambung serta timbulnya infark, karena asam gelah lambung dan dapat pula ditunjukkan adanya jaringan trombose di dasar tukak. Sekarang diketahuai bahwa jaringan trombose ialah sebagai hasil daripada sebagian penyebab kerusakan, yang tidak akan dijumpai pada tukak yang akut.
Teori infark yang berdasarkan timbulnya kerusakan semacam kawah, sering ditemukan pada otopsi. Adanya defek pada dinding lambung serta timbulnya infark, karena asam gelah lambung dan dapat pula ditunjukkan adanya jaringan trombose di dasar tukak. Sekarang diketahuai bahwa jaringan trombose ialah sebagai hasil daripada sebagian penyebab kerusakan, yang tidak akan dijumpai pada tukak yang akut.
7. Faktor
hormonal.
Banyak teori yang menerangkan
adanya pengaruh-pengaruh hormonal yang dapat menimbulkan tukak peptik.
8. Obat-obatan
(drug induced peptic ulcer).
9. Aspirin,
alkohol, tembakau dapat menyebabkan kerusakan sawar mukosa lambung. Dari sekian
banyak obat-obatan, yang paling sering menyebabkan adalah golongan salisilat,
yaitu menyebabkan kelainan pada mukosa lambung. Phenylbutazon juga dapat
menyebabkan timbulnya tukak peptik, seperti halnya juga histamin, reseprin akan
merangsang sekresi lambung. Berdasarkan penyelidikan, ternyata golongan
salisilat hanya akan menyebabkan erosi lokal.
10. Herediter.
Berdasarkan penelitian di dalam keluarga ternyata bahwa tukak peptik ini ada pengaruhnya dengan herediter. Terbukti bahwa dengan orang tua/ famili yang menderita tukak, jika dibandingkan dengan mereka yang orang tuanya sehat. Oleh sebab itu, family anamnesa perlu ditegakkan.
Berdasarkan penelitian di dalam keluarga ternyata bahwa tukak peptik ini ada pengaruhnya dengan herediter. Terbukti bahwa dengan orang tua/ famili yang menderita tukak, jika dibandingkan dengan mereka yang orang tuanya sehat. Oleh sebab itu, family anamnesa perlu ditegakkan.
11. Berhubungan
dengan penyakit lain.
a. Hernia
diafrakmatika.
Pada hernia diafrakmatika, mukosa
pada lingkaran hernia mungkin merupakan tempat timbulnya erosi atau tukak.
b. Sirosis
hati.
Tukak peptik ditemukan juga pada
penderita penyakit hepar terutama pada sirosis lebih banyak jika dibandingkan
dengan orang normal. Tukak duodeni pada kaum wanita dengan sirosis biliaris
ternyata bertambah, jika neutralisasi dari isi duodenum berkurang.
c. Penyakit
paru-paru.
Frekuensi dari tukak yang kronis
dengan TBC paru-paru sering ditemukan. Bertambah banyaknya tukak peptik dapat
dihubungkan dengan bertambah beratnya emfisema dan corpulmonale.
12. Faktor
daya tahan jaringan.
Penurunan daya tahan jaringan
mempermudah timbulnya ulkus. Daya tahan jaringan dipengaruhi oleh banyaknya
suplai darah dan cepatnya regenerasi.
2.1.4
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari,
minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat
kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu
mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa
adanya manifestasi yang mendahului.
1.
Nyeri
: biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa
nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan
erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa
kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks local yang mamulai
kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena
makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung
telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan
lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada
epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun
dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
2.
Pirosis
(nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus
dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi
atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3.
Muntah
: meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut
atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di
sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh
mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan
asam lambung.
4.
Konstipasi
dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan
sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan
perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus
akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala
setelahnya.
2.1.5 Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa
gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung
pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan
pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus
yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida. Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan
rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor
kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan
yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan
pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology
menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung
atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari
saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung
dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor
dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap
distensi lambung oleh makanan.
3. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon
(dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam
lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah
campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu
melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa
terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi
meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan
lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi
dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida
bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan
sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat.
Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini
adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh
sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah
suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi
epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu
dari dua faktor ini :
a. Hipersekresi asam pepsin
b. Kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa
lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat
antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam
kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison
(gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau
ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi
melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus
duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan
dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua
dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma
adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore
(lemak yang tidak diserap dalam feces) dapat ditemui. Pasien ini dapat mengalami adenoma
paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan tanda
hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus
stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal
atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis.
Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ
multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam
setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi
lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila
pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain
yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi
mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung.
Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin
menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus
dibedakan dari ulkus cushing
dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum
terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus,
lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada
ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar
luas.
2.1.6 Komplikasi
Sebagian besar ulkus bisa
disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada beberapa kasus, ulkus
peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal, seperti
penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan. (Medicastore News)
1. Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding
otot dari lambung atau duodenum dan sampai ke organ lain yang berdekatan,
seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan
menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di punggung,
karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika
penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi
keadaan ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
2. Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum
atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus dindingnya dan membentuk lubang
terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan
terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa
merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika
penderita menghela nafas dalam. Perubahan posisi akan memperburuk nyeri
sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila ditekan,
perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak
segera diatasi bisa terjadi syok.
Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik
intravena.
3. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang
paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah:
a.
muntah
darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang
sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi.
b.
tinja
berwarna kehitaman atau tinja berdarah. Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi
ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat,
diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan
dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat.
Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
4. Penyumbatan
Pembengkakan atau jaringan yang
meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut karena ulkus sebelumnya, bisa
mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit duodenum. Penderita akan
mengalami muntah berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan
yang dimakan beberapa jam sebelumnya.
Gejala lainnya adalah rasa penuh di
perut, perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah bisa
menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi
dan ketidakseimbangan mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi
penyumbatan, tetapi penyumbatan yang berat memerlukan tindakan endoskopik atau pembedahan.
2.1.7
Pemeriksaan
Penunjang
Nyeri lambung yang khas merupakan
petunjuk adanya ulkus. Diperlukan beberapa pemeriksaan untuk memperkuat
diagnosis karena kanker lambung juga bisa menyebabkan gejala yang sama.
1.
Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur
dimasukkan melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada
pemeriksaan endoskopi, bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Keuntungan dari endoskopi:
a. lebih dapat dipercaya untuk
menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan
dengan pemeriksaan rontgen
b. lebih bisa diandalkan pada penderita
yang telah menjalani pembedahan lambung
c. bisa digunakan untuk menghentikan
perdarahan karena ulkus.
2. Rontgen
dengan kontras barium
dari lambung dan duodenum (juga disebut barium
swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak
dapat ditemukan dengan endoskopi.
3. Analisa
lambung merupakan suatu prosedur dimana
cairan lambung dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga
jumlah asam bisa diukur. Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau
berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan.
4. Pemeriksaan darah tidak dapat
menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus.
Pemerisaan darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.
2.1.8
Penatalaksanaan dan Pencegahan
Sasaran penatalaksanaan ulkus peptikum adalah untuk
mengatasi keasaman lambung. Beberapa metode digunakan untuk mengontrol keasaman
lambung termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi pembedahan.
Penurunan Stres dan Istirahat. Pasien
memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi situasi yang penuh stres atau
melelahkan. Gaya hidup terburu-buru dan jadwa tidak teratur dapat memperberat
gejala dan mempengaruhi keteraturan pola makan dan pemberian obat dalam
lingkungan yang rileks. Selain itu dalam upaya mengurangi stres, pasien juga
mendapat keuntungan dari periode istirahat teratur selama sehari, sedikitnya
selama fase akut penyakit.
Penghentian Merokok. Penelitian
telah menunjukkan bahwa merokok menurunkan sekresi bikarbonat dari pancreas ke
dalam duodenum. Akibatnya, keasaman duodenum lebih tinggi bila seseorang
merokok. Penelitian menunjukkan bahwa merokok terus menerus dapat menghabat
secara bermakna perbaikan ulkus. Oleh karena itu, pasien sangat dianjurkan
untuk berhenti merokok.
Modifikasi Diet. Tujuan diet
untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi asam yang
berlebihan dan hipermotilitas saluran GI. Hal ini dapat diminimalkan dengan
menghindari suhu ekstrem dan stimulasi berlebihan makan ekstrak, alkohol,
dan kopi. Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam dengan makan tiga
kali sehari makanan biasa.
Obat-obatan. Saat ini,
obat-obatan yang paling sering digunakan dalam pengobatan ulkus mencakup
antagonis reseptor histamin (antagonis reseptor H₂), yang menurunkan sekresi asam lambung; inhibitor pompa
proton, yang juga menurunkan sekresi asam; agen sitoprotektif, yang melindungi
sel mukosa dari asam; antasida, antikolinergis, yang menghambat sekresi asam
atau kombinasi antibiotik dengan garam bismut untuk menekan bakteri H.
pylori.
Intervensi Bedah. Pembedahan
biasanya dianjurkan untuk pasien dengan ulkus yang tidak sembuh (yang gagal
sembuh setelah 12 sampai 16 minggu pengobatan medis), hemoragi yang mengancam
hidup, perforasi, atau obstruksi. Prosedur pembedahan mencakup vagotomi,
vagotomi dengan piloroplasti, atau Biilroth I atau II.
Pencegahan :
1. Primer
Pola hidup sehat dan istirahat yang
cukup, menghindari stres berlebihan
2. Sekunder
- Penurunan stres
dan istirahat
- Berhenti merokok
- Modifikasi diet
- Obat-obatan antagonis reseptor histamin untuk
menurunkan sekresi asam dalam lambung; inhibitor pompa proton, agen
sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari asam atau NSAID; antasida;
antikolinergis, yang menghambat sekresi asam; kombinasi antibiotikdengan garam
bismut yang menekan bakteri H. Pylori.
3. Tersier
Pasien dianjurkan untuk mematuhi program medikasi untuk
menjamin penyembuhan ulkus dengan sempurna.
2.1.9
Pathways
2.2
Asuhan
Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1
Identitas
a. Pasien
1. Nama pasien
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Status perkawinan
7. Agama
8. Suku
9. Alamat
b.
Penanggung Jawab
1. Nama penanggung
2. Hubungan dengan pasien
3. Pekerjaan
4. Alamat
c.
Riwayat Kesehatan
Ada atau tidak anggota keluarga pasien yang menderita
penyakit seperti pasien.
d. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
2. Status kesehatan masa lalu
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Diagnosa medis dan terapi
e. Pola Fungsi kesehatan
1. Aktivitas/istirahat : gejala dan
tanda yang mungkin ditemui kelemahan, kelelahan, takikardia, takipnea.
2. Sirkulasi : gejala dan tanda yang
mungkin ditemui adalah takikardi, disritmia, pengisian kapiler lambat/perlahan,
warna kulit pucat, sianosis dan berkeringat.
3. Integritas ego : gejala dan tanda
meliputi stress akut dan kronis, perasaan tidak berdaya, gelisah, pucat,
berkeringat, rentang perhatian menyempit, gemetar.
4. Eliminasi : gejala dan tanda
meliputi riwayat perdarahan, perubahan pola defekasi, perubahan karakteristik
feses, nyeri tekan abdomen, distensi, bising otot meningkat, karakteristik
feses (terdapat darah, berbusa, bau busuk), konstipasi (perubahan diet dan
penggunaan antasida).
5. Makanan/cairan : gejala dan tanda
meliputi anoreksia, mual, muntah (warna kopi gelap atau merah), nyeri ulu hati,
sendawa, intoleransi terhadap makanan, berat badan menurun.
6. Nyeri/keamanan : gejala dan tanda
meliputi nyeri yang sangat, seperti rasa terbakar, nyeri hilang setelah makan,
nyeri epigastrik kiri ke mid epigastrikdapat menjalar ke punggung.
f. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran GCS
2. Tanda-tanda vital
3. Keadaan Fisik
a)Kepala dan leher
b)
Dada
c)Payudara dan ketiak
d)
Abdomen
e)Genitalia
f)
Integument
g)
Ekstremitas
h)
Pemeriksaan
Neurologist
2.2.2
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder terhadap gangguan visceral usus.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot.
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
4. Kurang pengetahuan mengenai
pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi
yang tidak adekuat
2.2.3
Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap gangguan visceral usus.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama « x 24 jam
diharapkannyeri pada pasien dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : menggunakan obat-obatan sesuai resep,
mengalami penurunan nyeri, menggantikan aspirin dengan aetaminofen (Tylenol),
menghindari obat yang dijual bebas yang mengandung asam asetil salisilat,
mentaati pembatasan yang dianjurkan, mengidentifikasi makanan dan minuman yang
dihindari, mentati jadual makan dan kudapan secara teratur,berhenti merokok dan
berpartisipasi dalam program penghentian
Tindakan Intervensi
|
Rasional
|
1. Berikan terapi obat-obatan
sesuai program
a.
histamine
b. Garam antibiotic
/bismuthc.
c. Agen
sitoprotektif
d. Inhibitor pompa protone.
e. Antasidaf.
f.
Antikolinergik
1.
Anjurkan
menghindari obat- obatan yang dijual bebas
2.
Anjurkan
pasien untuk menghindarimakanan/minuman yang mengiritasi lapisan lambung ,
kafein dan alcohol.
3.
.Anjurkan
pasien untuk menggunakan makan dan kudapan pada interval yang teratur.
4.
Anjurkan pasien untuk berhenti merokok
|
a.
Antagonis
histamine mempengaruhi sekresiasam
lambung.
b.
Antibiotik
diberikan bersamaan dengangaram bismuth mematikan H.Pylori.
c.
Agen
sitoprotektif melindungi mukosalambung.
d.Inhibitor pompa proton menurunkan
asamlambung.
e.
Antasida menetralisasi keasaman sekresillambung.
f.
Antikolinergik
menghambat bpelepasanasam lambung.
1. Obat-obatan
yang mengandung salisilat mengiritasi
mukosa lambung.
2.
Makanan/minuman yang
mengandungkafein merangsang sekresi asam hidroklorida.
3.
Jadwal makan yang teratur membantu
mempertahankan partikel makanan di dalamlambung ,yang membantu
menetralisasikeasaman sekresi lambung.
4.
Merokok merangsang kemungkinankekambuhan
ulkus2.
|
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama « x 24 jam diharapkannyeri
pada pasien dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : TTV
normal dan pasien tidak terlihat lemas lagi
Tindakan Intervensi
|
Rasional
|
1.Anjurkan aktivitas ringan dan
perbanyak istirahat
2.Kaji faktor yang menimbulkan
keletihan
3.Tingkatkan kemandirian dalam
aktivitas perawatan diri yang ditolerir, bantu jika keletihan terjadi
|
1.
Dengan
aktivitas yang ringan dan istirahat yang cukup dapat memulihkan kondisi
pasien
2.
Dapat
mengatasi masalah keletihan
3.
Tingkatkan
kemadirian dalam aktivitas perawatan diri, yang ditolerir bantu jika
keletihan terjadi
|
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan pasien mendapatkan
tingakt nutrisi optimal
Kriteria Hasil : Menghindari
makanan dan minuman pengiritasi,makan-makanan dan kudapan pada interval yang
dijadwalkan secara teratur,dan memilih lingkungan rileks untuk makanan.
Tindakan / Intervensi
|
Rasional
|
1. Anjurkan makan-makanan dan
minuman yang tidak mengiritasi
2. Anjurkan makanan dimakan pada
jadual waktu teratur , hindari kudapan sebelum waktu tidur
3. Dorong makanan pada lingkungan yang
rileks
|
1. Makanan yang tidak mengiritasi
mengurangi nyeri epigastrik
2. Makan teartur membantu
menetralisasi sekresi lambung , kudapan sebelum waktu tidur meningkatkan
sekresi asam lambung.
3. Lingkungan yang rileks kurang
menimbulkan ansietas.Menurunkan ansietas membatu menurunkan sekresi asam
hidroklorida.
|
4. Kurang pengetahuan mengenai
pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi yang
tidak adekuat
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama … x … menit diharapkan pasien dapat
mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan dan penatalaksanaan.
Kriteria Hasil : mengekspresikan
minat dalam belajar bagaimana mengatasi penyakit, berpartisispasi dalam sesi
penyuluhan, mengajukan pertanyaan, dan menyatakan keinginan untuk bertanggungjawab
terhadap perawatan diri.
Tindakan / Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji
tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar dari pasien.
2.
Ajarkan
informasi yang diperlukan:
a. Gunakan kata-kata sesuai tingkat
pengetahuan pasien
b. Pilih waktu kapan pasien paling nyaman
berminat.
c. Batasi sesi penyuluhan sampai 30
menit atau kurang
3.
Yakinkan
pasien bahwa penyakit dapat diatasi
|
1. Keinginan untuk belajar tergantung
pada kondisi fisisk pasien,tingkat ansietas dan kesiapan mental.
2. Individualisasi rencana penyuluhan
meningkatkan pembelajaran
3. Memberi keyakinan dapat memberikan
pengaruh positif pada perubahan prilaku.
|
2.2.4
Evaluasi
Diagnosa
|
Evaluasi
|
Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap
gangguan visceral usus.
|
S
: Pasien mengatakan bahwa nyerinya telah berkurang.
O : P:Trauma jaringan dan
reflex spasme otot
Q: Tumpul
R: Epigastrum dan punggung
S: 5
T :2-3 jam setelah makan
A : Tujuan tercapai,masalah
teratasi
P : Pertahankan kondisi
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot
|
S
: Pasien mengatakan bahwa dia sudah dapat melakukan aktivitas sendiri
O : TTV normal, pasien terlihat
tidak lemas lagi
A : tujuan tercapai,masalah
teratasi
P ertahankan
kondisi
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah
|
S:
Pasien mengatakan dia sudah memiliki tenaga
O: BB stabil
A: tujuan tercapai,masalah
teratasi
P: Pertahankan kondisi
|
Kurang
pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
|
S:
Pasien mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan tidak
merasa cemas lagi.
O: Pasien tampak mengangguk saat
diberi penjelasan dan saat ditanya pasien bisa menjawab
A: Tujuan tercapai, masalah
teratasi
P : Pertahankan kondisi
|
2.2.5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ulkus peptikum adalah kerusakan
selaput lendir karena factor – factor psikosomatis, toksin, ataupun kuman –
kuman Streptococcus. Faktor
psikosomatis (missal ketakutan, kecemasan, kelelahan, keinginan berlebihan)
dapat merangsang sekresi HCL berlebihan. HCL akan merusak selaput lendir
lambung. Ulkus peptikum disebut juga penyakit mag.
Ulkus duodenalis, merupakan jenis ulkus peptikum yang
paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari),
yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.
Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya
terjadi di sepanjang lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung telah
diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang
tersisa telah disambungkan ke usus.
3.2 Saran
1. Untuk
mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses
keperawatan harus dilaksanakan sedacara sistematis.
2. Pelayanan
keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan tetap
memperhatikan dan menjaga privasi klien.
3. Perawat
hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik kepada
teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan
Keperawatan maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar